Gigi berlubang membuat seseorang menderita. Tidak bisa makan, tidak bisa tidur, dan praktis tidak bisa bekerja. Boleh jadi bagi yang tidak kuat menahan sakit misalnya pada anak-anak, kesakitan itu menimbulkan tangis. Gigi berlubang juga bisa menimbulkan kerusakan pada organ lain seperti jantung dan ginjal. Hal semacam ini dikenal dengan infeksi fokal (infeksi yang berasal dari satu sarang penyakit).
Sayangnya, perhatian terhadap kesehatan gigi masih kurang. Tidak jarang perusahaan menanggung biaya berbagai penyakit yang diderita karyawannya, tetapi tidak untuk sakit gigi. Pada kondisi seperti ini, pencegahan merupakan hal yang terbaik. Selain tidak merasa sakit, seseorangpun tidak perlu mengeluarkan uang dalam jumlah banyak untuk mengobati sakit giginya. Kerusakan gigi, kata drg Risqa Rina Darwita PhD dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, bisa dicegah.
Ada lima tahap yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan gigi atau kerusakan gigi yang lebih parah.
Pertama, promosi kesehatan mencakup kesehatan gigi di rumah, seperti menggosok gigi dan berkumur.
Kedua, perlindungan spesifik agar gigi tidak mudah sakit, misalnya gigi diberi lapisan bahan yang mengandung flouride. Tindakan ini dilakukan dokter gigi.
Ketiga, diagnosis dini dan terapi sesegera mungkin.
Keempat, membatasi kecacatan.
Kelima, rehabilitasi.
Menggosok gigi merupakan hal yang penting. Kemudian, berkumur. Di negara maju, seperti Jepang, orang selalu mengantongi sikat gigi kemanapun pergi. Ini menunjukkan masyarakat di negara itu sangat mementingkan kesehatan gigi.
Bila hendak memakai pasta gigi, dianjurkan yang mengandung flouride. Tetapi tidak berarti setiap menggosok gigi memakai pasta gigi. Pasalnya, pasta gigi juga mengandung deterjen (seperti bahan untuk pemutih gigi) Zat pemutih ini akan membuat email gigi menipis, yang ditandai dengn rasa ngilu pada gigi. Email gigi yang menipis berdampak pada dentin dan akhirnya saraf (kerusakan gigi).
“Kalau sering gosok gigi, cukup dengan sikat saja. Tidak perlu pakai pasta gigi. Dianjurkan menggosok gigi dengan pasta gigi tiga kali sehari. Kalau keseringan gosok gigi pakai pasta gigi tidak bagus. Gigi memang putih, tetapi email abrasi. Minimal gosok gigi dua kali sehari” ujar Risqa. Dituturkan, flouride bermanfaat membuat gigi semakin keras. Zat ini berikatan dengan zat kimia yang ada pada email gigi dan bisa bertahan berkisar 10 sampai 15 tahun.
Dengan flouride, gigi semakin lebih tahan terhadap zat yang bisa merusak gigi. Risqa menuturkan, diluar negeri, ketika gigi seorang anak berjumlah 20 pemberian lapisan flouride ini sudah dilakukan. Tetapi di negara berkembang, hal ini baru dilakukan ketika anak berusia enam tahun. Padahal, ketika itu gigi geraham tetap pertama sudah tumbuh. Namun, orangtua menganggap gigi si anak masih gigi susu. “Anak-anak yang biasa makan coklat, biasanya gigi geraham tetap pertama hilang karena dicabut,” tandasnya.
Obat kumur antiseptik.
Berkumur merupakan upaya melepaskan makanan yang menempel di sela-sela gigi. Berkumur dengan air putih merupakan cara yang paling murah. Kalau ingin berkumur dengan antiseptik, kata Risqa, bisa deangan air garam atau daun sirih. Antiseptik bermanfaat bagi yang sariawan dan orang yang bermasalah dengan bau mulut. Pemakaian antiseptik ini hendaknya sesuai aturan. Ada jangka waktu pemakaian obat kumur antiseptik, misalnya enam sampai sembilan jam.
Berkumur usai makan sangat dianjurkan, tetapi tidak harus selalu dengan obat kumur antiseptik. Pasalnya, bila sering memakai sntiseptik maka semua kuman akan mati. Justru yang tumbuh jamur. Bila berkumur tidak mempan menghilangkan makanan yang terselip di sela-sela gigi, bisa dilakukan dengan pemakaian tusuk gigi, gosol gigi ataupun benang gigi(dental floss). Jika kesulitan memperoleh benang gigi, menurut Risqa bisa memanfaatkan benang jahit.
Menggosok gigi dan berkumur menjadi hal penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Karena, penyebab masalah kesehatan itu adalah plak. Selain plak, kerusakan gigi juga disebabkan alkohol, merokok, dan ketidakseimbangan hormon. Tetapi yang umum adalah plak. Kalau plak didiamkan saja (tidak sikat gigi) maka semakin menumpuk dan semakin keras karena mangandung berbagai macam zat, misal Kalsium, Fosfor, Magnesium. Zat-zat ini berasal dari bakteri dan saling berekasi sehingga mengeras dan menjadi karang gigi.
Karang gigi, papar Risqa, bisa menyebabkan resesi gusi (posisi gusi menurun) Ini bisa diperbaiki dengan operasi atau penarikan. Selain resesi gusi, plak bisa juga membuat gigi berlubang dan gangguan pada gusi, khususnya pada gigi bungsu yang sulit dibersihkan dengan tuntas. Tak kalah penting adalah kepedulian orang tua membersihkan gigi anaknya. Terutama pada anak yang minum susu dari botol (memakai dot). Hal ini berpotensi menimbulkan plak yang berdampak pada rampan karies (gigi berlubang secara bersamaan dan keseluruhan). Ditambahkan, pemeriksaan gigi juga perlu dilakukan setidaknya sekali enam bulan. Karena proses suatu gigi berlubang memakan waktu enam bulan.
Sumber Suara Pembaruan, Nancy Nainggolan.
One Comment
Kelly Brown
The article is usefull for me. I’ll be coming back to your blog.