Apakah anda sering merasa cepat lelah atau diganggu berbagai macam alergi?
Cobalah periksakan gigi anda. Jangan-jangan sumbernya berasal dari sana.
Sejak 3000 tahun yang lalu para ahli pengobatan tradisional Cina sudah memahami bahwa setiap organ mempunyai keterkaitan dengan organ-organ tubuh lainnya. Sebuah gangguan kecil di salah satu bagian tubuh bisa menyebabkan masalah atau kelainan di bagian tubuh yang letaknya berjauhan, dan kadang seperti tidak saling berhubungan. Misalnya para pria dengan problem biasanya mengalami sakit pada pundak kiri.
Di Kalangan dokter konvensional, kesadaran itu baru mulai tumbuh pada tahun 1930an. Waktu itu perhatian mereka lebih tertumpah pada sistem saraf yang menghubungkan seluruh bagian tubuh. Semua ini berubah ketika tahun 1950an Dr. Reinholdt Voll, dokter dan ahli akupunktur asal Jerman menyempurnakan teknik yang disebut electro accupuncture diagnosis. Teknik ini merupakan suatu terobosan besar dalam memahami keterkaitan antara organ tubuh.
Pada tahun 1980an, penelitian Voll dikembangkan oleh Joachim Kupke dan Prof. Pischinger. Kedua peneliti dari Eropa, yang juga meneliti gangguan elektrik pada meridian, menemukan bahwa berbagai gangguan kesehatan akan menghilang, bahkan dalam hitungan hari, jika focus penyakit bisa ditemukan dan dihilangkan. Secara sederhana, focus (begitu istilah mereka) adalah gangguan kecil pada tubuh yang bisa menyebabkan gangguan atau menghambat proses penyembuhan.
Masalah gigi dan akibatnya.
Kupke dan Pischinger menyimpulkan bahwa sekitar 70% masalah kesehatan berasal dari gigi dan rahang. Ya, dari mulut yang bertanggung jawab terhadap asupan gizi kita. Penelitian lebih lanjut menemukan lebih banyak lagi penyakit yang berkaitan dengan kondisi gigi yang bermasalah. Pada penelitian rekap terakhir ditemukan sekitar 33 kondisi gigi yang diduga berhubungan dengan gangguan kesehatan. Lubang pada gigi, misalnya, adalah bagian tubuh yang paling banyak mengandung bakteri dan menurut pendekatan akupunktur, gigi berlubang dapat menimbulkan gangguan energi pada aliran meridian tertentu sehingga memunculkan gejala fisik.
Bagaimana dengan tambalan gigi? Ternyata menambal gigi yang berlubang bukan jalan keluar yang tepat, bahkan bisa menambah masalah di seluruh tubuh. Menurut Kupke, dengan electro-accupuncture terbaca bahwa amalgam menyebabkan terjadinya perubahan pada titik akupunktur di telapak tangan dan telapak kaki. Bahan tambalan yang mengandung air raksa dan merupakan materi yang sama sekali asing bagi tubuh, kemudian ditetapkan sebagai focus yang penting oleh Kupke.
Para dokter gigi zaman dulu biasa mengambil jalan pintas dengan mencabut gigi yang rusak. Ternyata cara itu juga tidak akan menyelesaikan masalah. Rupanya tanpa stimulasi dari gigi, sirkulasi darah dan aliran getah bening akan kacau. Sementara tulang dan jaringan di sekitar area yang luka karena pencabutan dapat tumbuh menjadi penyakit (Cavitation) dan mati. Infeksi dan racun di gigi tidak dikeluarkan melainkan turun ke bawah, yaitu ke arah rahang dan seluruh tubuh, menciptakan penyakit.
Efeknya tidak sama.
Beberapa tahun yang lalu sebuah majalah bulanan memuat kisah tentang seorang pengusaha yang harus melakukan transplantasi jantung karena mengalami gagal jantung. Masalah gangguan jantungnya kemudian diketahui bersumber dari gigi yang telah dirawat akarnya. Beruntung sumber masalahnya segera diketahui sehingga dapat cepat diatasi. Tindakan yang diambil terhadap giginya tersebut merupakan keputusan tepat bagi pemulihan kesehatannya. karena menurut penelitian Cheryl Thomas, anggota the California Dental Hygienists Associaiton (CDHA) bakteri pada gigi akan menimbulkan penolakan pada pasien penerima organ.
Walau terdengar menyeramkan, perawatan saluran akar yang dilakukan dengan mematikan gigi terlebih dahulu ataupun berbagai tindakan gigi lainnya tidak selalu menimbulkan efek yang sama. Orang-orang yang mempunyai daya tahan tubuh yang kuat biasanya bisa menyesuaikan diri dengan bahan-bahan beracun dalam tubuh. Namun orang yang mempunyai daya tahan tubuh rendah dan kurang vitamin C – zat yang membantu proses detoks- akan sulit menyesuaikan diri sehingga menimbulkan penyakit.
Efek dari focus yang beracun juga tergantung pada lokasinya. Efek fokus pada tahap awal biasanya tidak begitu spesifik seperti mudah lelah, gangguan tidur, peka terhadapperubahan cuaca, alergi dan migren. Lama kelamaan berulah tampak perbedaan gangguan.
Orang yang mempunyai masalah pencernaan misalnya, biasanya mempunyai focus di bagian gigi geraham. Sedangkan gangguan sinus seringkali berasal dari peradangan di tulang rahang (osteitis) karena penyembuhan luka yang tidak sempurna setelah pencabutan gigi. Lain lagi jika yang bermasalah adalah gigi seri. Gigi seri berdasarkan pendekatan TCM (Traditional Chinese Medicine) termasuk meridian Ginjal/Kandung kemih (lihat boks). Focus pada gigi ini dapat menyebabkan masalah ginekologi, ginjal, impoten, mandul dan sakit lutut. Karena itu gadis remaja yang gigi depannya rusak karena kecelakaan seringkali menderita haid tidak teratur bahkan masalah fertilitas di kemudian hari.
Bila terlanjur bermasalah.
Mencegah terjadinya penyakit tentu saja tindakan yang plaing baik dilakukan. Merawat gigi secara teratur ke dokter gigi sangat dianjurkan sebelum gigi berkembang menjadi focus. Tapi bagaimana jika gigi terlanjur bermasalah atau sebaliknya kondisi kesehatan Anda bermasalah?
Sebagian ahli kesehatan holistik memang menganjurkan untuk mengeluarkannya – dengan mencabut atau membongkarnya – semua gigi yang diperkirakan bermasalah (lihat gangguan di mulut). Namun drg Satria Nugroho, OMD, yang berpraktik di 999 Oriental Medicine Center, mempunyai pendapat lain. “Membongkar semua tambalan atau mencabut semua gigi yang telah menjalani rawat akar sama saja mengobati berdasarkan gejala.”
Menurut dokter yang mengambil spesialisasi Oriental Medicine di Negeri Belanda ini, pendekatan East meets West dalam kesehatan sedang menjadi tren. Melihat permasalahan berdasarkan pendekatan Barat tapi melakukan penanganan secara Timur (baca:TCM) akan menimbulkan salah kaprah. Untuk mengatasi suatu penyakit, tentu saja harus ditelusuri penyebabnya.Jika penyebabnya memang gigi, baru diambil tindakan, apakah dengan mengganti tambalan atau mencabut gigi yang memang masalahnya tidak bisa diatasi dengan tindakan lain.
Perawatan saluran akar (root canal) belum tentu akan menimbulkan masalah asalkan dokternya memang benar-benar ahli. Dan yang tak kalah penting adalah pemeliharaan selanjutnya. Walaupun hasil penanganan dokter baik tapi gigi tidak dirawat oleh pasien, maka semua usaha akan sia-sia.
“Jika memungkinkan, hindari pencabutan gigi. Selain mengganggu estetika, yang berefek pada rasa percaya diri, pencabutan gigi juga akan menimbulkan imbalance.
“Jadi jika sudah menjalani perawatan akar dan menurut dokter gigi masih dalam kondisi baik, selain tetap melakukan pengobatan terhadap penyakit sebaiknya dilakukan akupunktur telinga (auricular). Karena masalah di gigi memang dapat menimbulkan perubahan pada titik akupunktur pada berbagai bagian tubuh, tapi tidak di telinga. Karena walaupun dekat, sistemnya berbeda,” tuturnya.
Akhirnya, menurut dr Nugroho, adanya meridian dan titik akupunktur di gigi sebaiknya disikapi sebagai panduan agar kita lebih memperhatikan kesehatan gigi. Akupunktur di gigi, walaupun bisa, melakukannya tidak bisa sembarangan. Selain harus mengorbankan gigi, tidak banyak orang yang benar-benar ahli dalam akupunktur gigi. Berbeda dengan titik akupunktur bagian tubuh lainnya, titik akupunktur gigi yang berada di tempat yang sempit membuatnya sulit untuk dipastikan posisinya. Jika ada yang lebih mudah, mengapa harus pilih yang sulit?(N)
Titik meridian di bagian mulut
Ketika meridian akupunktur dalam keadaan stres, maka titik akupunktur di mulut menjadi peka sehingga tekanan bisa dilokalisasi. Dengan demikian titik tersebut bisa digunakan untuk mendiagnosa dan menentukan penanganan. Titik akupunktur di mulut dapat mengobati neuralgia, sinusitus, meredakan rasa sakit di bagian tubuh yang jauh, alergi kronik, dan gangguan pencernaan. Titik akupunktur di belakang geraham terakhir berguna untuk menghilangkan rasa sakit di bahu dan siku, leher kaku, dan sakit punggung bagian bawah.
Rahang atas
– gigi seri (gigi 1-2) kiri dan kanan : Ginjal/Kandung kemih berkaitan dengan telinga, sinus, dan alat reproduksi.
– gigi taring (gigi 3) kiri dan kanan : liver/empedu berkaitan dengan mata, pinggul, lutut, amandel.
– geraham depan (gigi 4-5) kiri dan kanan : paru-paru/usus besar berkaitan dengan hidung, sinus, tenggorokan, dan dada.
– geraham belakang (gigi 6-7) kiri dan kanan : pankreas/perut berkaitan dengan pharynx, sinus, larynx (kotak suara) dan dada.
– geraham bungsu (gigi 8) kiri dan kanan : jantung/usus kecil berkaitan dengan usus duodenum, bahu, siku.
Rahang bawah
– gigi seri (gigi 1-2) kiri dan kanan : ginjal/kandung kemih berkaitan dengan telinga, sinus, dan alat reproduksi.
– gigi taring (gigi 3) kiri dan kanan : liver/empedu berkaitan dengan pinggul, lutut, amandel.
– geraham depan (gigi 4-5) kiri dan kanan : pankreas/perut berkaitan dengan dada, pharynx, sinus, larynx (kotak suara).
– geraham belakang (gigi 6-7) kiri dan kanan : paru-paru/usus besar berkaitan dengan hidung, sinus, dan tenggorokan.
– geraham bungsu (gigi 8) kanan : jantung/usus kecil berkaitan dengan usus duodenum, bahu, dan siku.
– geraham bungsu (gigi 8) kiri : ginjal/kandung kemih berkaitan dengan bahu siku, sacroliac.(N)
Gangguan di mulut
Berikut ini beberapa gangguan di mulut yang bisa menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh lainnya.
1. Bahan tambalan yang tidak sesuai dengan tubuh
Amalgam mulai dikenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1826. Amalgam yang dikembangkan di Perancis dan Inggris mengandung perak, timah, seng, dan air raksa, yang tertinggi kandungannya, Padahal amalgam merupakan racun berbahaya untuk lingkungan, apalagi kesehatan.
2. Gigi rusak
Mulut adalah bagian tubuh yang paling kotor. Kuman tidak akan menghilang begitu saja walaupun Anda rajin menggosok gigi. Kunci untuk mencegah kerusakan gigi adalah pola makan yang sehat. Kuman menyukai gula (sukrosa). Tidak minum gula bukan berarti bebas dari gula karena banyak gula yang tersembunyi di berbagai makanan, misalnya minuman soda, roti, kue, sereal, dan sebagainya. Perdagangan pada gigi dapat mempengaruhi organ yang berkaitan. Sebaliknya kesehatan organ juga dapat mempengaruhi kesehatan gigi.
3. Periodontal / Penyakit gusi
Kondisi ini ditandai dengan gejala, mulai dari pembengkakan dan pendarahan jaringan gusi, kehilangan tulang, dan kehilangan gigi. Muncul pada 85persen populasi, penyakit ini bukan penyakit orang tua seperti kepercayaan orang selama ini, tapi sering terjadi juga pada siswa sekolah menengah.
4. Electrogalvanism
Galvanism adalah kondisi yang terjadi akibat dua logam yang berbeda disatukan dalam mulut. Aliran listrik yang disebut aliran galvanic terbentuk oleh perpindahan ion logam dari bahan tambalan logam yang tidak serupa mengalami kontak dengan air liur yang berfungsi sebagai elektrolit. Jadi prosesnya mirip dengan terjadinya listrik pada aki mobil. Gejala gangguan ini berupa adanya rasa logam di mulut, yang biasanya tidak dianggap serius.
Area elektromagnetik di mulut akan menghasilkan pengaruh negatif pada meridian energi yang mengalir di mulut dan bisa menjadi faktor penyebab kekurangan energi pada bagian yang jauh dari tubuh. Karena itu hindari pembuatan jaket (crown) gigi yang terbuat dari metal, lebih baik gunakan keramik.
5. Masalah pada gigitan
Gigi yang tidak teratur susunannya atau turun akan membuat gigi yang bermasalah lebih cepat menyentuh gigi lawannya kita mengatupkan mulut. Tekanan ini semakin besar setiap kali kita menutup mulut (setiap 30 detik ketika kita menelan). Kondisi ini menciptakan trauma bagi gigi karena tekanan yang tidak seimbang ini akan menghasilkan gigi yang sensitif, kematian gigi, otot kejang, gangguan gusi, atau gangguan sendi rahang. Selain itu, gigi pun menjadi fokus pada meridian akupunktur yang berkaitan.
6. Cavitation atau infeksi rahang.
Ketika gigi dicabut dan tulang tidak sembuh secara baik, area ini menjadi tempat pesemaian bakteri dan menumpuknya racun. Kesembuhan yang tidak sempurna terjadi karena adanya tulang yang mengalami infeksi kronis, gangguan sirkulasi, nutrisis yang kurang baik, osteitis, penggunaaan steroid, dan teknik operasi atau pencabutan gigi yang tidak baik.
7. Gigi mati atau gigi yang menjalani rawat saraf.
Gigi mati atau pun gigi yang telah menjalani perawatan saluran akar menurut Dr. Voll adalah bangkai dalam mulut. Tanpa perawatan yang benar masalah gigi ini sering kali menimbulkan penyakit.
8. Osteitis.
Osteitis merupakan peradangan pada tulang gigi dan bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Biasanya terjadi pada gigi yang sudah rusak saraf-sarafnya atau bekas tempat pencabutan gigi. Gejala penyakit ini ditandai rasa pegal, terkadang terjadi pembesaran tulang gigi. Osteitis yang terjadi setelah pencabutan gigi biasanya disebut Dry socket. (N)
Diambil dari Majalah Nirmala, edisi agustus 2008
Ditulis oleh : Nella Safitri Cholid.
No Comments